Rabu, 30 November 2011

Panel Surya untuk Energi Alternatif

Panel Surya (ilustrasi, matoa.org)
Tulisan ini sebenarnya bagian dari wacana saya untuk membuat konsep rumah pribadi bergaya hijau kelak. Energi matahari ingin saya jadikan energi alternatif rumah, besarannya sekitar 20-30 persen kebutuhan listrik penopang rumah tangga.. Sisanya tetap mengandalkan PLN.
Okay, nanti tulisan itu bisa dibaca nanti-nanti yah, sekarang masih berhubungan soal listrik dan wacana energi alternatif.
Kemarin Selasa (29/11/2011) malam saya tengah berjalan-jalan ke Lippo Mall di Karawaci Tangerang. Ehm…. Tiada disangka pukul 19.30-an lampu padam. Saat itu saya tengah makam malam bersama seorang teman dekat dan keluarganya di Solaria lantai 1. Wah, suasana pun gelap. Saya kira itu hanya sebentar, ternyata lama sekali, lebih dari 1 jam.
Dalam suasana gelap gulita kami berempat pun menyelesaikan makan. Nasi Goreng Teri Medan saya lahap dengan hati-hati. Sebab nasi goreng itu juga dibubuhi acar yang bercampur dengan cabe rawit. Kalau tak hati-hati bisa-bisa termakan dan ‘bubar pesta’ saya. Hahahaha….
Begitu juga dengan kedua orang tua teman spesial saya itu. Mereka pun hati-hati. Di tengah waktu makan, orang tua teman saya itu bertanya-tanya, “ini mall sebesar Lippo Karawaci nggak punya diesel pembangkit listrik? Listrik mati dibiarkan saja, kan kasian toko-toko yang buka. Mereka pasti rugi besar. Karena dalam waktu 2,5 jam toko tutup tak ada transaksi. (Lippo tutup pukul 22.00 WIB),”
Saya berpendapat yang sama soal itu, seharusnya mall sebesar Lippo Karawaci punya diesel pembangkit tenaga listrik. Jadi begitu mati langsung menyala kembali persekian detik. Ya sudahlah, itu biar dijawab pihak Lippo Karawaci jika membaca tulisan ini.
Panel Surya untuk Energi Altenatif
Bulan-bulan lalu di DKI Jakarta mengumumkan konsumsi listrik terbesar di Jakarta itu berasal dari mall dan apartemen, setelah itu listrik rumah tangga. Ini memunculkan wacana sejumlah aktifis lingkungan bahkan jurnalis lingkungan untuk mengangkat soal energi alternatif di kota besar.
Timbul pebincangan, bagaimana jika mall dan apartemen itu menggunakan panel surya? Jawaban hipotesis singkatnya tiap harinya jutaan kilo PLN tidak akan terpakai, puluhan ribu barel solar akan terhemat, dan asumsinya lebih dari 20 persen BBM subsidi negara dari 40 juta kilo liter akan tersimpan baik. Singkatnya, uang subsidi itu akan dialihkan ke pembangunan kota kecil dan pendidikan rakyat tak mampu.
Memang itu kata-kata manis. Sulit menerapkan pemasangan panel surya di industri. Karena komponen panel surya yang masih begitu mahal. Untuk panel surya skala mini saja seharga Rp 2 juta. Itu terdiri dari 1 panel dengan daya 60 watt untuk 2 lampu. Bisa dihitung dana yang dibutuhkan untuk memenuhi listrik rumah tangga yang besarannya mencapai 200 watt ke atas. Dan besaran kebutuhan listrik mall dan apartemen yang besarnya ribuan watt. Tapi jika menghitung jangka panjang, panel surya itu bisa kuat hingga 15 tahun. Jadi dalam 15 tahun kita tak usah bayar listrik yang rata-rata besarnya 30 persen dari penghasilan keuangan rumah tangga.
Oh iya, perusahaan yang baru mengembangkan listrik panel surya adalah Sharp. Dan gedung media di Jakarta yang baru menggunakan panel surya adalah Green Radio Jakarta 89,2 FM. Untuk ke depan, gedung baru Kantor Berita Radio 68H dan Tempo TV juga akan menggunakan daya listrik panel surya.
Memang sebenarnya, harus dipikirkan masa depan yang memanfaatkan energi alam ramah lingkungan.
Source : link
 
animasi blog