Ciri-ciri kepribadian ekstrovert
dan introvert secara umum adalah ambivalen (bertentangan). Pada tahun
1962 Isabel Myers meringkas buku tipe psikologi Jung dan bersama ibunya
Katharyn Briggs membuat alat tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang
bertujuan untuk membuat sebuah psikotes, yang dapat menggolongkan
manusia sesuai dengan teori Jung, sekaligus merumuskan teori Jung untuk
penggunaan praktis (dalam Ambarita, 2004).
Seseorang dengan kepribadian ekstrovert dan introvert ternyata berbeda
jauh tentang bagaimana otak mereka memproses pengalaman berharga.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience
menemukan bahwa kepribadian ekstrovert lebih cenderung terburu-buru
menyampaikan reaksi kimia otak terhadap lingkungan yang sedang
dihadapinya pada saat kapanpun.
Ciri Kepribadaian Ekstrovert
- Senang berbicara
- Mudah menjalin hubungan dengan orang lain
- Mudah mengekspresikan perasaan
- Senang menceritakan pengalaman kepada orang lain
- Senang melakukan pembicaraan dengan orang lain
- Aktif dan enerjik
- Lebih banyak berbicara daripada mendengar
- Mudah untuk mengekspresikan pendapat tentang suatu hal
- Senang memberi pendapat secara aktif dari pada hanya memikirkan saja
Ciri Kepribadian Introvert
- Senang berdiam diri
- Lebih senang berpikir
- Suka menarik diri
- Berhenti sejenak jika sedang merasa ragu-ragu
- Suka mengekpresikan dengan cara lain jika ingin mendeskripsikan sesuatu
- Sering menahan rasa senang, sedih di dalam hati
- Menyatakan diri secara perlahan-lahan
- Lebih memilih menahan ide didalam pikiran sendiri
- Sering menahan emosi
Para peneliti menemukan kepribadian terbuka lebih memilih kepuasaan
sesegera mungkin dan lebih fokus pada wajah. Sebaliknya bagi orang-orang
introvert cenderung kewalahan oleh stimulasi yang terlalu banyak dan
lebih memperhatikan detail. Ini terlihat dalam aktivitas otak yang
meningkat ketika memproses informasi visual.
Yu Fu dan Richard Depue, neurobiolog di Cornell University, New York
mengadakan tes kepribadian terhadap 70 mahasiswa. Mereka memberikan
Ritalin kepada beberapa partisipan. Ritalin adalah stimulan yang
digunakan untuk mengobati gangguan hiperaktif. Dalam penelitian ini,
Ritalin digunakan untuk meningkatkan perhatian dan merangsang pelepasan
dopamin yang biasanya memainkan peran motivasi dan penghargaan.
Pada saat yang sama, para peserta menonton video di lingkungan laboratorium. Setelah itu, tim peneliti menguji seberapa kuat partisipan menghubungkan video dan lingkungan sekitar dengan kinerja dopamin dari obat Ritalin itu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek Ritalin yang bekerja pada sistem dopamin tidak diterjemahkan sebagai reward atau motivasi untuk orang yang berkepribadian introvert. Ini menunjukkan seseorang dengan kepribadian tersebut memiliki perbedaan mendasar pada seberapa kuat mereka memproses reward dari lingkungan mereka.
Pada saat yang sama, para peserta menonton video di lingkungan laboratorium. Setelah itu, tim peneliti menguji seberapa kuat partisipan menghubungkan video dan lingkungan sekitar dengan kinerja dopamin dari obat Ritalin itu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek Ritalin yang bekerja pada sistem dopamin tidak diterjemahkan sebagai reward atau motivasi untuk orang yang berkepribadian introvert. Ini menunjukkan seseorang dengan kepribadian tersebut memiliki perbedaan mendasar pada seberapa kuat mereka memproses reward dari lingkungan mereka.